Selamat datang di TPII Balon

Sabtu, 10 Desember 2011

Pelangi Nurani

*kisah nyata*

Pagi itu, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah. Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakannya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.


Rabu, 29 Juni 2011

Studi Banding dan Kunjungan Sosial

Acara tutup tahun pelajaran 2011/2012, TPII Balon, mengadakan acara jalan-jalan wisata bareng dengan wali siswa ke Yayasan Sosial Sayap Ibu (kalasan). Tujuan kunjungan ini dipilih supaya para siswa memiliki kepedulian sosial terhadap teman lain (berkebutuhan khusus).

Sabtu, 28 Mei 2011

MANDIKAN AKU BUNDA,, PLIIIISS ...

Dikisahkan oleh sdri: Oki Tien di Album Profile Facebooknya


Yuli, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya.

"Why not the best," katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di
Universiteit Utrecht, Belanda, Yuli termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Yuli mendapat pendamping yang "selevel"; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Yuli diangkat sebagai staf diplomatik, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah alif dan huruf terakhir ya, jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira,
apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.

Senin, 25 April 2011

Maafkan Aisyah, Ibu

Aisyah gadis yang cantik, sekalipun usianya baru tujuh tahun, dia sangat cerdas namun disisi lain selalu cemburu dengan kakaknya. Mulai dari makanan, pakaian, bahkan kasih sayang. Bagi Aisyah, ibu adalah sosok yang tidak adil, selalu membedakan dirinya dengan kakaknya. Aisyah merasa kakaknya lebih disayangi oleh sang ibu. Ketidaksukaannya semakin lama semakin memuncak, kemudian dia wujudkan pada sikap dan perilaku ketidaksukaannya kepada kakak dan ibunya. Pada suatu malam sang ibu bertanya, 'Apakah Aisyah mencintai ibu?' 'Tentu, Aisyah sangat sayang ama ibu.' jawab Aisyah. Sang Ibu bertanya lagi, 'sayang mana pada ibu atau kalung itu?' 'Tentu saja Aisyah lebih sayang ibu daripada kalung ini.' Jawab Aisyah sambil memegangi kalung yang dipakainya. Mendengar jawaban Aisyah, sang ibu meminta kalung yang dipakainya. Aisyah terkejut bukan main atas permintaan ibunya karena Aisyah sangat menyukai kalung yang ada dilehernya. 'Ibu, ambillah yang ibu suka asal jangan kalung ini karena tanpa kalung ini aku tidak terlihat cantik.' Ucap Aisyah dengan mata berkaca-kaca.'Ibu, boleh ambil sepatuku asal jangan kalung ini, Aku mohon bu..' Lanjut Aisyah. Sang Ibu tidak mengucapkan apapun, Ibu tersenyum dan mencium kening Aisyah kemudian keluar meninggalkan kamar Aisyah.

Kamis, 07 April 2011

Ultah dik Aiman

Alhamdulillah pada Februari 2011 ini dik Aiman (salah satu siswa di kelas "Red Balon" genap berusia 1 tahun. Alhamdulillah pada usia 1 tahun itu juga dik Aiman sudah mulai lancar jalan.
"Selamat ulang tahun yang pertama dik Aiman,...moga selalu jadi anak sholeh, panjang umur, sejahtera dan sehat selalu serta bisa memberi manfaat yg sebanyak-banyaknya untuk keluarga, agama dan umat...amien yaa robbal 'alamiin"
Turut merayakan dan mendoakan pada perayaan ultah dik Aiman: mimi sita, mimi rani, mimi isna, mbak arka, mas adi, mas resa, mbak zahra, dik dinda.

Selasa, 22 Maret 2011

Yogyakarta Rintis PAUD Inklusi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta berencana membuka rintisan Pendidikan Anak Usia Dini Inklusi di setiap kecamatan sehingga pada akhir tahun diharapkan sudah ada sebanyak 14 pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus itu.
Untuk menangani anak berkebutuhan khusus memang agak sulit, tetapi masih bisa dilakukan dengan semangat tinggi.
-- Sugiyanto
"Kami berharap, PAUD juga dapat dikembangkan menjadi pendidikan inklusi karena pada akhir-akhir ini diindikasikan banyak anak berkebutuhan khusus di masyarakat," kata Kepala Bidang Pendidikan Nonformal Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Sugiyanto di Yogyakarta, Rabu (29/7/2010).
Menurut dia, meskipun anak-anak tersebut memiliki kebutuhan khusus, tetapi masih tetap harus memperoleh pendidikan untuk membentuk karakter dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan juga lingkungan di sekitarnya. Ia menyatakan, masih banyak orangtua dari anak-anak berkebutuhan khusus tersebut yang justru terkesan "menutup-nutupi" bahwa anak-anak mereka memiliki kebutuhan khusus sehingga memilih untuk tidak memasukkannya dalam pendidikan formal atau nonformal.
"Kami sudah melakukan pendataan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus ini, dan setelah pendataan selesai dilakukan, kami akan segera melaksanakan rintisan PAUD inklusi ini, harapannya Juli ini bisa terealisasi," katanya.